Kab. Pasuruan (DWP) diantara salah satu peringatan hari besar islam adalah Isro’ Mi’roj, dimana peristiwa tersebut dapat membawa pelajaran yang positif bagi umat islam sedunia lebih-lebih masarakat Indonesia (muslim). Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan keislaman dan keimanan kepada Allah SWT Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kankemenag Kab. Pasuruan melaksanakan kegiatan Peringatan Isro’ Mi’roj dan Menyongsong Datangnya Bulan Suci Romadlon yang dilaksanakan pada hari Kamis, 24 Maret 2022, pukul 09.00 di Aula Al Ikhlas Kankemenag Kab. Pasuruan. Dimana kegiatan ini diikuti oleh seluruh pengurus DWP beserta anggotanya.
Nyai Hj. Imamah selaku narasumber menyampaikan tentang 3 (hal) yaittu Bersyukur atas nikmat sehat dan umur panjang. Memperbanyak bekal ibadah sebagai sangu untuk mati, dan Peristiwa Isro’ Mi’roj. Bersyukur atas nikmat sehat dan umur panjang berarti mendayagunakan segala kenikmatan yang diberikan oleh Allah SWT dengan semaksimal mungkin terlebih nikmat sehat dan panjang umur, dan nikmat tersebut merupakan karunia yang diberikan Sang Kholiq yang tiada taranya, tercantum dalam QS. Ibrohim ayat 7, katanya.
Sambung beliau tentang memperbanyak bekal ibadah sebagai sangu sebelum mati, dimana kematian pasti akan menghampiri kita semua tinggal menunggu absennya datang (calon mati). Oleh karena itu bekal untuk menuju kesana harus diperbanyak atau dipersiapkan sedini mungkin agar kelak dapat tempat yang kita inginkan yakni surganya Allah.
Lebih lanjut sang penceramah menyampaikan peristiwa Isra’ Mi’raj, Nabi SAW mendapat perintah yang sangat penting, berupa perintah shalat. Shalat merupakan media interaksi dan komunikasi antara kita dengan Allah SWT, sehingga karena inilah bulan Rajab sering disebut sebagai “syahrullah” (bulannya Allah). Sedemikian pentingnya shalat, perintah itu diterima langsung oleh Nabi tanpa melalui perantara Malaikat Jibril. Jika agama diumpamakan sebagai sebuah bangunan, maka shalat merupakan tiang-tiang penyangga yang akan menopang bangunan itu bisa tetap kokoh berdiri.
Namun, hal yang sesungguhnya paling penting adalah bagaimana kita menjiwai dan menerapkan pesan-pesan moral yang terkandung dalam ritual shalat tersebut. Jangan sampai kita memahami shalat hanya sebatas rutinitas dan “seremonial” belaka, tanpa memahami makna apa-apa di dalamnya. Al-Qur’an mengkritik orang-orang yang melakukan shalat sebagai “pendusta agama” dan dianggap sebagai orang yang celaka, manakala mereka melalaikan atau tidak melaksanakan pesan-pesan moral yang terkandung di dalam shalat yang dilakukannya (sebagaimana disebutkan dalam QS. al-Ma’un: 3-4).imbuhnya. (fin)